Selasa, 01 Mei 2012

Mom, you is my first love


Mom, you is my first love
Bintang bersinar terang, bulan mememperlihatkan wujud terindahnya. Pantulan sinarnya mengenai kolam ikan koiku yang di atasnya ada dua angsa yang sedang berkejar-kejaran. Di taman belakang inilah aku selalu menenangkan pikiran setelah bekerja. Mendengar gemericik air, melihat angsa, dan melihat bintang yang bertebaran di angkasa. Aku sekarang tidak sendirian di taman. Aku mengajak seorang wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakku.
Malam yang indah ya?” kataku mencoba mencairkan suasana.
Mmmmm, iya sih” kata perempuan yang nanti akan menjadi ibu dari anak-anakku itu.
Apa kamu masih cemburu pada wanita nomer satu yang tidak bakal bisa di gantikan oleh siapapun?”
Sejujurnya mas aku sangat cemburu padanya, apa cintaku kurang besar kepadamu mas? Siapa wanita itu mas?” tanyanya penasaran.
Inilah yang mebuat aku selalu gagal dalam menjalin hubungan ke dalam jenjang yang lebih tinggi. Sudah banyak wanita yang aku ingin jadikan mereka sebagai pedamping setiaku. Aku juga ingin cepat-cepat menyempurnakan separuh agamaku. Namun mereka selalu meninggalkanku saat aku bilang, kamu akan menjadi wanita kedua yang istimewa dalam hidupku. Mereka selalu meninggalkanku sebelum aku bisa menjelaskannya.
Dia adalah ibu angkatku dik. Dia adalah wanita yang paling special dalam hidupku”.
Boleh mas ceritakan kenapa ibu angkat mas itu sangat berharga bagi mas?”
Saat itu gelap, lembab, bau. Kukira aku akan mati sebentar lagi, ternyata Allah membantuku lewat seorang wanita yang sepertinya sudah umur 45. Dia adalah sinar dalam gelapku, dia adalah mentariku, dia adalah waktu bagiku. Dia adalah malaikatku, dia adalah ibu angkatku. Aku sangat menyayanginya. Saat yang lain mengabaikan tangisanku yang penuh dengan harapan agar ada orang yang mau merawatku, tenyata hanya wanita inilah yang mau mengambilku di tempat pembuangan sampah di dekat kota yang penuh dengan pelajar dan kriminal. Meskipun kami hidup dalam kekurangan namun aku tau Allah pasti memberikan yang kami butuhkan, bukan yang kami inginkan. Karena semua telah tertulis dalam takdir. Aku percaya suatu saat nanti Allah pasti memberiku jalan untuk menuju kesuksesanku.
Hari ini aku akan mengantar Ibuku yang sedang sakit ke puskesmas. Sudah beberapa hari ini ibu batuk-batuk. Aku sangat khawatir dia sakit TBC.
Sudahlah nduk gak usah kamu pikirkan ibu, nanti toh ibu juga sembuh sendiri. Mungkin ibu kecapekan kerja dari pagi sampai sore terus” kata ibuku sambil menghapus air mataku yang sudah berjatuhan.
Ibu janji ya ibu ga boleh jualan kue keliling lagi sampai sore”.
Iya nak, ibu janji”.
Aku bangun karena angin pagi masuk dari sela-sela jendela kamarku. Sejuk dan dingin, langsung menusuk ke tulang. Aku lihat jam bekerku yang sudah sangat tua dan tidak bisa lagi dipakai untuk alarm karena sudah berkarat.
“Astaga, sudah jam setengah empat, aku keisangan”. Aku mendekatkan mataku lebih dekat barang kali apa yang aku lihat salah. Setelah aku sadar bahwa yang aku lihat adalah kenyataan dan nyawaku sudah pulih. Aku segera melompat dari tempat tidurku dan mengambil air wudlu, segera aku melakukan sholat tahajud. Memohon kesembuhan ibuku dan meminta kepadaNya agar aku bisa menjadi orang yang sukses.
Aku mulai menyiapkan segalanya. Sejak ibuku sakit akulah yang menjadi juru masak dan panutan bagi adik-adikku. Di dapur seukuran dengan halte bus ini aku memasak, mencuci. Semuanya penuh sesak karena asap pembakaran. Kami tak sanggup membeli elpiji apalagi minyak tanah. Aku memasak menggunakan tungku.
Aku melihat jam lagi. Ternyata sudah jam lima, aku segera membangunkan ibu dan adik-adikku. Ayah angkatku sudah lama menghilang, tepat saat ibuku menemukan aku, ayahku meninggalkannya. Aku kasian dan merasa bersalah pada ibuku. Namun ibuku selalu berkata bukan akulah penyebabnya namun karena janda dari kampung halaman ayahku yang selalu membujuknya untuk meninggalkan ibu. Aku tak sudi lagi melihatnya meskipun dia bukanlah ayah kandungku. Aku tidak akan terima kalau dia membuat air mata ibuku jatuh lagi. Sungguh aku tak akan memaafkannya. Aku akan terus menjadi penjaga hati ibuku.
Raffly, Nagus, ayo bangun sudah jam lima. Kalian belum sholat loh” aku menggoyangkan ranjang tidur mereka. Aku selalu memngingatkan mereka untuk sholat karena itu adalah perantara kita pada yang menciptakan kita.
Iya mas, bentar lagi ya” mereka merengek padaku.
Banggguuuuuuuuun” aku berteriak sekeras-kerasnya di tengah-tengah telinga kedua adinkku.
Akhirnya mereka bangun. Tepat jam tujuh aku dan adik pertamaku Raffly berangkat sekolah. Kami mendapat bantuan dari guru di sekolah kami untuk bersekolah dan biaya lain-lain. Kata ibuku lebih peting itu sekolah dari pada kerja. Jami harus berjalan kaki 1 kilo untuk ke sekolah. Karena kami tak ada uang untuk menaiki angkot. Naik buspun itu aku lakuakan karena aku harus mengamen.
Kak Raflly haus” rengek adikku.
Bentar ya dik, kakak mintakan air minum dulu”.
Setelah melihat bagaimana rendahnya kami di mata masyarat. Akhirnya aku berjanji dalam hati untuk menjadi orang yang benar-benar sukses. Aku tidak tega melihat adikku yang masi kelas 1 SD ini terus berjalan kaki ke sekolah. Aku mulai belajar mati-matian untuk mendapatkan sebuah sepeda dari perlombaan cerdas cermat yang akan di gelar di sekolah. Dan Alhamdulillah ternyata aku menjadi juara satu. Aku bersyukur karena aku bisa mendapat sebuah sepeda untuk kami berdua.
Di suatu malam aku medengar tangisan adik bungsuku dari kamar ibuku. “Ibu, kapan sembuh?” adikku yang paling bungsu menangis dalam pelukan ibuku yang semakin terlihat lemah di kasurnya. Setelah kemarin aku paksa ibuku untuk ke puskesmas. Aku sangat kaget ternyata penyakit ibuku sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Kecuali jika di bawa ke singapura. Aku tidak sanggup bila harus berobat ke singapura, kami hanya bisa membeli obat penghilang rasa sakit yang uang itu saja aku dapat dari pinjaman guruku. Karena kau tak sanggup membawanya ke singapura, aku hanya bisa menangis melihat keadaannya yang sudah kurus ini. Aku masuk ke dalam kamar dan segera memeluk mereka. Aku ikut menangis.
Sudahlah nduk, jangan di tangisi ini semua sudah di atur sama yang diatas. Sabar ya nduk” ibuku mencoba untuk memberiku semangat.
Bagaimana aku bisa tegar ibu, di depanku ada wanita yang paling aku sayangi sedang berjuang melawan penyakit yang bahkan dokter tidak tahu kapan penyakit itu akan mengakhiri hidup ibu” aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukan ibuku.
Ingat ya nduk. Sekarang adalah kehidupan, Esok adalah rancangan, Dulu adalah pelajaran. Kita tidak boleh menangisi apapun yang telah di takdirkan oleh Allah karena Allah pasti punya rencana yang kita tidak tahu” ibuku memberi nasihat sambil mengusap air matanya yang aku tidak tahu kapan air mata itu jatuh. Aku hanya bisa menangis melihat ini semua. Ingin aku memberontak dan mencuri keberuntungan orang kaya yang kebanyakan mereka sama sekali tidak mempedulikan rakyat kecil. Mereka selalu bersenang-senang, menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak perlu, membuang makanan. Apa mereka tidak pernah bersyukur pada apa yang mereka dapat? Aku membenci orang seperti itu. Apa meraka tidak tahu bahwa masih ada orang yang membutuhkan di bawah kolong jembatan, di pingiran kali, di depan toko-toko yang sudah tutup? Apa mereka buta? Aku membenci mereka.
Sudah genap satu bulan ibuku sakit. Akupun sudah menyelesaikan sekolah SMAku minggu lalu sekarang dua adikku saja yang bersekolah. Raflly sudah akan naik ke kelas 2SD dan si Nagus sudah memasuki TK. Dan aku akan melanjutkan ke jenjang kuliah. Alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa dari sekolah karena nilaiku yang selalu diatas 95. Aku ingin sekali melanjutkan kulaihku di negeri sakura tapi semua hanya mimpi dan angan kosong belaka. Akhirnya aku memilih untukmelanjutkan ke UB karena dekat dengan rumahku yang ada di bantaran kali brantas. Kadang rumah mungilku goyang saat hujan deras disertai angin. Aku selalu meminta pada ibuku agar lekas pindah dari sini namun beliau selalu menolak.
Ini adalah hari pertamaku memasuki perkuliahan. Aku selalu takut untuk berkenalan dengan orang baru. Aku terlalu takut untuk menanyakan ‘siapa namamu?’.
Ibu, aku berangkat dulu ya. Do’akan aku ya bu, agar aku bisa menjadi orang yang sukses” pintaku pada ibuku.
Iya nduk, do’a ibu selalu menyertai langkahmu. Uhuk,uhuk” sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
Sejenak aku melihat darah semakin banyak keluar dari mulutnya dan tubuh ibuku sudah semakin kurus. Aku ingin menangis tapi aku sudah berjanji pada ibuku tidak akan menangis apapun yang akan terjadi dan berjanji akan terus menjaga kedua adik-adikku.
Aku mencium kedua tangannya yang teramat kurus dan langsung menuju ke tampat menuntut ilmuku yang baru. Sekarang adikku sudah bisa menaiki sepeda sendiri. Aku sempat minder karena aku melihat semua teman-temanku memakai baju dan sepeda motor yang sepertinya sangat mahal bagi keluargaku. Tapi aku yakinkan dalam hatiku bahwa aku disini untuk menjadi mahasiswa terbaik! Bukan untuk mencari pacar atau apapun itu.
Hujan deras mengguyur kota yang sejuk ini. Aku melihat keluar jendela dan mengkhawatirkan ibuku yang sakit di rumah. Setelah mata perkuliahanku selesai, aku segera menuju rumah. Dan ternyata benar apa yang aku khawatirkan.
Pak, ada apa ini? Kok rame banget?” tanyaku pada seorang warga.
Oh, itu loh mas ada rumah yang hanyut ke sungai brantas” sambil menunjuk tanah kosong yang aku yakin kalau itu adalah rumahku sebelumnya. Aku segera menerobos kerumunan dan langsung jatuh dan tidak percaya apa yang telah terjadi ini. Tanah yang sebelumnya menjadi rumahku ini telah menjadi kuburan bagi ibuku. Ibuku telah kembali kepada yang kuasa. Hujan yang deras itu baru saja reda sekarang digantikan oleh hujan rintik-rintik yang turun dari langit. Ternyata langit tau aku sedang sedih dan menjadi pengganti tangisku.
Oh ya pak, apa tadi ada tangisan anak kecil dari dalam rumah?” aku khawatir kepada adik-adikku.
Engga kayaknya dek, tadi itu rumahnya sepi banget. Sabar ya dik, Allah selalu punya rencana kok” kata seorrang warga menenangkanku, sepertinya dia tau apa yang aku rasakan.
Aku berharap hujan rintik-rintik ini menghapus luka yang ada di hatiku. Tidak lama kemudian adik-adikku datang dari sekolahnya sambil tertawa dan basah kuyup. Setelah melihat rumah yang semestinya berada di tempat itu ternyata hanya tinggal tanah kosong. Tawa mereka pun menghilang. Diganti dengan wajah yang sama murungnya denganku. Aku tau hati mereka pasti remuk. Yah, meskipun mereka bukan anak dari ibu sama seprti aku mereka juga pasti merasakan bagaimana sakitnya kehilangan orang yang kita sayangi. Meraka bukan adik kandungku meraka sama seperti aku, mereka ditemukan di tempat yang sama jjuga seperti aku tapi aku sangat menyayangi mereka. Aku tau mereka akan menangis. Aku segera berlari dan mendekap mereka erat-erat. Mendung semakin tebal dan hujan yang semula hanya rintik-rintik berubah menjadi hujan deras sederas arus rasa kehilangan yang ada dalam hatiku. Sekarang tinggal kita bertiga disini, berdiri di atas tanah kosong yang sebelumnya adalah tempat berlindung kita dari hujan dan tertawa lepas. Sambil mencoba menengkan adik-adikku aku berpikir bagaimana caranya aku hidup. Akhirnya aku putuskan untuk tidak kuliah meskipun aku telah mendapatkan beasiswa.
Raflly, Nagus setelah ini kita akan pindah rumah. Kakak akan mencoba mencarikan tempat tinggl yang dekat dengan sekolah kalian” kataku pada kedua adikku untuk menenangkan mereka.
Iya kak” jawab adikku hampir bersamaan.
Ibu, engkau adalah cinta pertamaku” kubisikkan kalimat itu ke dalam hatiku.
Setalah adik-adikku puas menangis kami mulai mengemasi semua barang-barang kami yang terselamatkan. Aku terus memutar otak dan berpikir bagaimana caranya agar aku bisa mencari kontrakan. Aku beranikan diriku untuk meminjam uang pada guru yang menjadi sosok ayah bagiku. Alhamdulillah dia amu meminjamkan uangnya untukku. Aku pun bertanya pada guruku dimana tempat kos yang murah. Ternyata guruku mempunyai sebuah rumah yang sudah tidak dia gunakan lagi setelah dia menikah. Sebelumnya dia berniat menjualnya namun dia urungkan niatnya itu. Aku terus memuji nama Allah, karena aku yakin ini adalah sekenario Allah untukku dan adik-adikku.
Akhirnya kami tingga sebuah rumah kecil yang berada di dekat sekolah adikku. Aku mencoba membuat kue. Keterampilan yang aku peroleh dari ibuku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk mencukupi semua kebutuhan adik-adikku. Sekuat tenaga aku berjualan kue keliling meskipun banyak teman-temanku yang terus mendesakku untuk berkuliah karena aku adalah seseorang yang berotak jenius. Namun aku sudah membuang anganku untuk bersekolah tinggi demi adik-adikku. Aku sudah berjanji pada ibuku untuk menjaga mereka. Karena sekarang merekalah yang menjadi orang yang paling aku sayangi.
Malam ini aku terbangun tepat tengah malam. Jalan di depan rumah masih saja ramai dengan suara kendaraan yang berlalu lalang. Aku segera mengambil air wudlu dan melakukan sholat tahajud. Tak terasa air mataku menetes dengan deras. Ibu, maafkan aku kareana aku menangis. “ Ya Rabb Engkaulah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kepada Engakaulah aku memohon dan meminta pertolongan. Ya Rabb aku mohon kepadaMu agar engaku berikan kesehatan kepada raga dan jiwaku dan adik-adikku. Ya Rabb, kepadaMulah aku mencurahkan segala masalah. Ya Rabb jagalah ibuku dari siksa kubur dan api neraka karena dialah cinta pertamaku” Mom, you is my first love <3.

Tidak ada komentar: